Jumat, 17 Juni 2011

Rumahku Rumah Cahaya.

Rumahku Rumah Cahaya.
Makin lama, makin pilu hati ditusuk oleh realita negeriku ini. Makin berdebar sebuah empati yang menguar jiwa. Aku memilih tinggal di rumah baruku, pada sebuah lingkungan pinggiran kota Medan. Sebenarnya tidak pinggiran, bersebab tempat ini dikepung oleh bangunan Tinggi. Di utara, terbangun megah sebuah mall yang sekarat,antara hidup dan mati (mungkin barangkali akan segera pailit). Di barat, sebuah kampus megah milik orang-orang berdasi. Di selatan tak kalah menawan, bangunan berlantai 5 (salah satu pusat perbelanjaan terbesar di kota ini).
Tempat tinggalku ini tergolong kumuh. Rumah-rumah reot berjajar rapat. Gang-gang sempit . Ah, beginikah ciri khas kota metropolitan; selalu ada kegetiran di tengah kemewahan. Belum lagi, Sungai Deli yang alirannya tidak dijaga. Membuat warna beningnya berubah menjadi coklat bahkan lebih coklat dari susu coklat sekalipun. Di sinilah sekarang aku berbaur. Menghirup udaranya. Pada sebuah rumah; Rumah Cahaya namanya.
Rumah Cahaya, 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar